Data hujan pada suatu DAS atau Wilayah Sungai merupakan bagian yang sangat penting dalam analisis hidrologi untuk perencanaan bangunan air. Oleh karena itu dibutuhkan adanya jaringan stasiun hujan yang memadai, sehingga dapat diperoleh data yang mewakili keadaan hujan sebagai curah hujan DAS. Maka diperlukan sejumlah stasiun hujan, dengan pengertian bahwa makin banyak jumlah stasiun hujan, perkiraan terhadap hujan yang sebenarnya terjadi di dalam sebuah DAS makin baik.
Untuk menunjang data hujan yang akurat dibutuhkan adanya sebuah alat ukur penakar hujan yang mampu merecord segala kejadian hujan setiap harinya sepanjang waktu. Dengan segala kekurangan dan kelebihannya, alat pengukur hujan ada 2 macam
yaitu alat pengukur hujan manual dan alat pengukur hujan otomatis, yaitu
:
1. Alat Pengukur Hujan Manual (Non Recording), alat pengukur hujan manual ada berbagai macam :
- Penakar Hujan Biasa Observatorium (OBS)
- Penakar Hujan Biasa Tanah
- Penakar Hujan Biasa dengan Wind Shield
- Pluviometer
2. Alat Pengukur Hujan Otomatis (Recording), yaitu :
- Penakar Hujan Otomatis Jardi
- Penakar Hujan Otomatis Hillman
- Penakar Hujan Otomatis Tipping Bucket
- Raingauge Test Equipment
- Penakar HujanOtomatis Van Doorn
Alat ukur hujan yang banyak dipakai di wilayah UPT PSDA WS Bengawan Solo di Bojonegoro adalah jenis pengukur hujan manual tipe Observatorium (OBS). Oleh karena itu keakuratan data hujan dari tiap stasiun hujan sangat diperlukan guna untuk menentukan perencanaan bangunan air, untuk penentuan musim tanam serta menentukan rencana tata tanaman ataupun sebagai evaluasi dari dampak kekeringan terhadap pembagian air pada suatu daerah irigasi.
UPT PSDA WS Bengawan Solo di Bojonegoro pada tahun 2020 ini telah melakukan inventarisasi ulang terkait stasiun hujan yang tersebar pada 4 Kabupaten yaitu Bojonegoro, Tuban, Lamongan, Gresik. Datanya sebagai berikut :
Total yang dikelola adalah sebanyak 107 stasiun hujan, dengan sebaran stasiun hujannya sebagai berikut :
Daftar 107 stasiun hujan :